Kamis, 09 Maret 2017

esay tentang pengalaman komunikasi

Pengalaman Komunikasi

Berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda membuat sebuah komunkasi menjadi kurang efektif. Sesuai dengan salah satu prinsip komunikasi, bahwa semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Prinsip tersebut tentu semakin menjelaskan bahwa perbedaan budaya dalam masyarakat membuat komunikasi menjadi kurang efektif. Sebagai individu komunikasi merupakan hal penting agar dapat menunjukan eksistensinya dan untuk itu individu-individu cenderung memiliki rasa kebersamaan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama atau mirip.
Perbedaan budaya antar individu menyebabkan sebuah hubungan menjadi kurang efektif karena melalui cara pandang individu yang berbeda itu dapat menumbuhkan berbagai persepsi positif maupun sebaliknya.
Cara pandang berbeda itu muncul dari berbagai perbedaan kondisi sosial seseorang dan budaya di sekitar mereka. Hal ini tentu mempengaruhi proses komunikasi yang terjadi diantara dua individu atau lebih yang memiliki budaya yang berbeda.
Dari segi pengalaman proses komunikasi kita harus bisa mempelajari dan harus bisa menempatkan dimana kita harus berkomunikasi. misalnya berkomunikasi dengan orang tua kita harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan. jika berkomunikasi dengan teman sendiri kita bisa berbahsa semua kita asal tidak menyinggung perasaan. karena jika berbahasa dengan orang yang berbeda kultur atau bahasa kita harus mengetahui ciri-ciri orang tersebut dulu.

5 teori konseling

5 Teori Konseling

A.      Teori Psikoanalisis

a.       Pengertian Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
                Corey (2009) mengatakan bahwa Psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.

b.      Sejarah Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Frued pada tahun 1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran, sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang munculditengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketidaksadaran manusia.
                Istilah Psikoanalisis mula - mula hanya dipergunakan pada hal – hal yang berhubungan dengan Freud saja. Sampai akhir abad ke – 19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak. Sejak saat itu, Psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas.

c.       Konsep Dasar Teori Psikoanalisis

Teori Psikoanalisis memiliki cirri – cirri antara lain : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls – impuls genetic (instink), pengaruh energy libido, pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber – sumber ketidaksadaran tingkah laku
-          Struktur atau Organisasi Kepribadian
Frued memandang bahwa kepribadian manusia tersussun atas tiga system yang terpisah fungsinya anatara satu dan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga system itu dikenal sebagai id, ego, super ego.
v  Id : sistem dasar kepribadian --- libido yang meliputi instink – instink manusia : seks dan agresi. Prinsip →pemuasan diri
v  Ego : tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang siring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Ego menghubungkan individu dengan lingkungannya. Prinsip → realitas
B.      Teori Analisis Transaksional

a)      Pengertian Analisis Transaksional

Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)  merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

b)      Sejarah Analisis transaksional

Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (1910-!970) yang menyelesaikan spesialisasi psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di Tentara Amerika Serikat selama tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu, ia memulai praktik psikiatri di Carmel, Calfornia. Berdasarkan hasil observasinya terhdap konseli – konseli, Berne mebuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris pada pertengahan tahun 1950-an.

c)       Konsep Dasar Analisis Transaksional

Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi hidup.
Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.

d)      Tujuan Konseling

Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya adalah :
o   Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat
o   Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri
o   Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan
o   Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran

e)      Peran dan fungsi konselor

Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam Corey, 1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi  untuk mengatasinya (Corey,1986,p.159)
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan Goulding,1978 dalam Corey,1986,p.159)

C.      Teori Behavioral

a.       Pengertian Behavioral

Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.

b.      Sejarah Behavioral

Perkembangan Behavioral diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis yang dominan. Teori ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu :
-          Trend I      : Clasical Conditioning → Tokohnya : Ivan Petrovich Pavlov
-          Trend II    : Operant Conditioning → Tokohnya : B. F. Skinner
-          Trend III   : Kognitif → Tokohnya : Albert Bandura


c.       Konsep Dasar Behavioral

Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

d.      Tujuan Konseling Behavioral

Menurut Corey (2003: 202  ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1.       Menciptakan kondisi baru pembelajar
2.       Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
3.       Meningkatkan personality choice

e.      Peran dan fungsi konselor

Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.

D.      Teori Rational-Emotive Behavior Therapy

a.       Pengertian Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)

Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.

b.      Sejarah Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)

Pada awalnya teori ini disebut Rational Therapy (RT), kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive (RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama Rational Emotive Therapy menjadi Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT).
Menurut Ellis, rasionalitas individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau pilihannya atau berdasarkan emosi dan perasaannya. Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dengan alas an bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.

c.       Konsep Dasar

-          Asumsi Dasar
Ellis mengatakan bahwa beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasiakn pada beberapa postulat, antara lain :
o   Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
o   Gangguan emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan
o   Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya
o   Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitifemosional dan tingkah laku. Individu sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain
o   Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut
o   Kejadian irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu
o   Sebagian beasr manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya
o   Ketika individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri

E.       Teori Realitas

a.       Pengertian Teori Ralitas

Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.

b.      Sejarah Teori Realitas

Glasser menggunakan istilah reality therapy pada Aprl 1964 pada manuskrip yang berjudul Reality Therapy : A Realistic Approach the Young Offender.Tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 dengan judul Rality Therapy. Pada tahun 1968 Glasser mendirikan the Institute for Reality Therapy di Los Angeles.

c.       Konsep dasar Teori Realitas

Padadasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab),  Reality (kenyataan), Right (kebenaran).

d.      Tujuan Konseling

Layanan Konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menhadapi realitas.

e.      Peran dan fungsi Konselor

Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.